Hong Kong Dianggap Tak Lagi Aman Bagi Buruh Migran
Sejumlah tenaga kerja asing berunjukrasa memprotes penyiksaan terhadap Erwiana Sulistyaningsih, tenaga kerja asal Indonesia, di Hong Kong (16/1). Erwiana diduga disiksa majikannya selam delapan bulan, sebelum dikirim kembali ke Indonesia. AP/Kin Cheung
TEMPO.CO , SRAGEN: Jaringan Buruh Migran Indonesia mengatakan persepsi masyarakat dan media di Indonesia bahwa Hong Kong tempat paling aman bagi tenaga kerja Indonesia, terbukti salah. Juru bicara Jaringan Buruh Migran Iweng Karsiwen mengatakan kasus Erwiana Sulistyaningsih, TKI asal Dusun Kawis, Desa Pucangan, Kecamatan Ngrambe, Ngawi, Jawa Timur, menjadi bukti teranyar.
'Hong Kong bukan lagi negara yang aman untuk buruh migran Indonesia. Banyak pelanggaran yang terjadi di sana,' katanya di Sragen, Rabu, 5 Februari 2014.
Iweng menilai nasib buruh migran di Hong Kong juga memprihatikan, meski tidak seperti di Malaysia atau Arab Saudi.
Iweng mengatakan saat ini ada 5 TKI yang sudah melapor ke Kepolisian Hong Kong karena menjadi korban penganiayaan.
Iweng menilai penganiayaan yang dialami TKI adalah buah dari kegagalan pemerintah menyediakan lapangan kerja di dalam negeri. Sehingga para pekerja terpaksa mencari pekerjaan ke luar negeri.
Persoalan bertambah pelik karena pemerintah seolah menyerahkan nasib buruh migran ke swasta. "Sebab kontrak dibuat oleh swasta. Mestinya pemerintah yang membuat kontrak standar untuk semua buruh migran," katanya.
Dia berharap kasus Erwiana menjadi pelajaran bagi pemangku kepentingan terkait. "Saat ini ada 10 juta buruh migran, baik berdokumen resmi maupun tidak berdokumen. Pemerintah harus melindungi mereka," katanya.
UKKY PRIMARTANTYO
+++++
http://www.tempo.co/read/news/2013/11/06/173527604/7000-TKI-yang-Ditahan-di-Arab-Tak-Diberi-Makan
7.000 TKI yang Ditahan di Arab Tak Diberi Makan
TKI yang terlantar berada di dekat tenda mereka di kolong jembatan Kandara, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (5/12). ANTARA/Saptono
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 7.000 buruh migran Indonesia yang kini ditahan di Sumaisyi, Arab Saudi, kekurangan makanan. Mereka merupakan para pekerja yang dirazia pemerintah Arab Saudi sejak Senin, 4 November 2013, karena melebihi izin tinggal.
"Mereka sebelumnya tinggal di kolong Jembatan Falestine, Jeddah. Mereka kini ditahan di Sumaisyi," kata Thobibi, pekerja di Arab Saudi yang turut mendampingi 7.000 buruh migran. Informasi tersebut disampaikan Thobibi kepada organisasi Info Buruh Migran yang siaran persnya diterima Tempo hari ini, Rabu, 6 November 2013.
Selama sehari di Sumaisyi, kata Thobibi, 7.000 buruh migran itu tak diberi makan dan minum. Buruh migran disebut terpaksa minum air keran. Bantuan makanan dari Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Jeddah baru tiba esok harinya, Selasa, 5 November 2013, pukul 11.00 waktu setempat.
"Itu pun tak cukup buat 7.000 orang," kata Thobibi kepada Info Buruh Migran.
Rencananya, 7.000 buruh yang kini kelaparan di Sumaisyi itu akan segera dideportasi. Namun, belum ada kejelasan kapan dan bagaimana proses deportasi ribuan BMI tersebut. Sebelumnya, 7.000 buruh yang sempat tinggal di kolong Jembatan Falestine, Jeddah, itu diangkut dengan 68 bus ke Sumaisyi.
Tujuh ribu buruh tersebut merupakan para pekerja yang tak dapat surat amnesti dari pemerintah Arab Saudi. Mereka tak mendapat dokumen amnesti sampai masa pemberian amnesti dari pemerintah Arab Saudi berakhir Senin lalu.
KHAIRUL ANAM
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment