Media dalam Benak SBY dan Tokoh Publik Kita
Oleh: Muhamad Heychael
Beberapa hari belakangan ini media kita ramai memberitakan pidato Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada HUT Partai Demokrat di Sentul, 26 Oktober lalu. Dalam pidato tersebut, Presiden menuduh pemberitaan media massa perihal Partai Demokrat tidak berimbang. Lebih khusus, SBY menuding ada satu stasiun televisi yang selama dua setengah tahun secara konsisten menelanjangi Partai Demokrat. Kurang lebih inilah kutipan pidato SBY:
"...ada televisi yang sepanjang masa dua setengah tahun ini terus menelanjangi Partai Demokrat....memang saya, partai kita, tidak punya televisi, tidak punya koran, tidak punya media online. Saya dan kita juga tidak punya uang yang melimpah, triliunan, untuk menguasai siaran dan iklan-iklan di televisi dan media lainnya."
Setidaknya keluhan SBY dapat diringkas dalam dua poin. Pertama, media telah berpihak pada kelompok tertentu serta merugikan Demokrat. Kedua, situasi ini diakibatkan oleh ketiadaan dana dari Demokrat dan SBY untuk menguasai siaran televisi. Pada poin terakhir inilah kita wajib geleng-geleng kepala. Pasalnya, SBY dan Demokrat menganggap sah penguasaan atas media dan pengontrolan pemberitaannya selama punya uang.
Ini jelas cacat logika dan hukum. Secara logis, pernyataan SBY sebenarnya berlawanan dengan apa yang ia harapkan, yaitu meminta perlakuan yang adil dari media. Pernyataannya yang mengakui defisit penguasaan atas media, menyiratkan suatu kehendak "balas dendam" dan sekaligus merupakan bentuk penerimaan atas liberalisasi industri media.
Pada titik ini kita melihat bahwa bukanlah keadilan atau independensi media yang jadi harapan SBY. Apa yang tersirat dalam pidato tersebut justru mengindikasikan suatu harapan untuk melakukan hal yang sama seperti yang kini dilakukan oleh lawan-lawan politiknya: mengeksploitasi media massa. Ini artinya, presiden yang terpilih secara demokratis, ternyata menyakini bahwa pers yang bisa ditunggangi oleh kepentingan politik adalah wajar adanya. Lalu apa beda demokrasi dan oligarki di benak Presiden kita?
Baca selangkapnya >> www.remotivi.or.id
Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment