Sunday, February 2, 2014

[batavia-news] Demokrat Tumbang, Golkar Menang

 

res : Kalau kedua-duanya tumbang, siapa menang?
 
 
SURVEI

Demokrat Tumbang, Golkar Menang


Adjie Alfaraby, Peneliti LSI

Senin, 3 Februari 2014

JAKARTA (Suara Karya): Partai Demokrat diprediksi tumbang pada Pemilu 2014, sementara Partai Golkar dan PDIP bersaing ketat sebagai calon pemenang pesta demokrasi itu. Demikian hasil jajak pendapat Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang dirilis di Jakarta, Minggu.
"Pemilu 2014 ditandai oleh satu momen penting, yaitu berakhirnya rezim Partai Demokrat karena elektabilitasnya terus merosot tak terbendung hingga di bawah lima persen," kata peneliti LSI, Adjie Alfaraby, saat membeberkan hasil survei itu kemarin di Jakarta.
Survei dilaksanakan pada 6-16 Januari 2014 dan melibatkan 1.200 responden dengan menggunakan metode multistage random sampling melalui wawancara tatap muka, serta margin of error 2,9 persen. Responden mewakili 33 provinsi.
Adjie menjelaskan, pada Pemilu 2004, Demokrat mampu meraup elektabilitas hingga 45 persen. Setelah sepuluh tahun berlalu, elektabilitas partai itu merosot jauh hingga tinggal 4,7 persen.
Penyebab kemerosotan elektabilitas Demokrat karena ketidakmampuan partai dan Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengelola dukungan pemilih pada Pemilu 2009. Tak hanya itu, banyaknya kasus korupsi yang melibatkan kader Demokrat juga memiliki pengaruh besar.
"Elektabilitas Demokrat hancur karena kasus korupsi. Tiga kader Demokrat yang ditahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) adalah bintang iklan antikorupsi partai ini," ucap Adjie.
Upaya konvensi sebagai ajang menjaring capres pun tidak mampu mendongkrak elektabilitas Demokrat. "Elektabilitas 11 peserta konvensi capres juga hanya memperoleh kurang dari lima persen," tutur Adjie.
Survei LSI pimpinan Denny JA ini juga memaparkan, Pemilu 2014 akan menjadi momen pertarungan Partai Golkar dan PDIP. Kedua partai itu paling berpotensi menduduki pemerintahan periode mendatang.
"Pada survei kami, Januari 2014 ini elektabilitas Golkar mencapai 18,3 persen dan PDIP 18,2 persen," kata Adjie. Peringkat ketiga ditempati Partai Gerindra yang didirikan Prabowo Subianto dengan elektabilitas 8,7 persen.
Meski berada di posisi pertama, Adjie menjelaskan, elektabilitas Golkar sendiri cenderung menurun. Maret 2013, tingkat keterpilihan partai itu mencapai 22,2 persen. Namun, Oktober pada tahun yang sama angka itu bergeser menjadi 20,4 persen. "Jadi, Golkar harus tetap waspada," kata Adjie.
Berdasarkan hasil survei, capres seperti Wiranto, Hatta Rajasa, dan para peserta konvensi Demokrat hanya akan memperebutkan 20 persen suara masyarakat. Peta perpolitikan itu pun sangat besar dipengaruhi oleh restu Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri kepada Jokowi untuk menjadi capres.
"Jika Jokowi tidak dicapreskan, persaingan ketat terjadi antara Mega, Aburizal Bakrie (ARB), dan Prabowo. Jika Jokowi nyapres, dia memperoleh dukungan mencapai 22-35 persen, disusul oleh ARB dan Prabowo," ucap Adjie.
Secara terperinci, elektabilitas Golkar 18,3 persen, PDIP 18,2 persen, Gerindra 8,7 persen, Demokrat 4,7 persen, Hanura 4,0 persen, PKB 3,7 persen, PPP 3,6 persen, PAN 3,3 persen, PKS 2,2 persen, dan responden yang belum memutuskan 30,1 persen.
Menanggapi itu, peserta konvensi capres Demokrat, Hayono Isman, mengaku akan terus bekerja keras dan berjuang memberantas korupsi. "Walau waktu pemilu tinggal dua bulan, Demokrat akan bangkit," ujarnya yakin.
Hayono mengakui, Demokrat bukan partai yang sempurna. Namun garis perjuangan Demokrat tetap jelas dan tegas. "Tanpa pandang bulu memberantas korupsi," ujarnya.
Terkait dengan capres, LSI menyarankan Golkar dan PDIP berkoalisi agar memenangi Pemilu 2014. "Pilihan koalisi lebih realistis karena kedua partai bisa menguasai parlemen sampai 50 persen. Rekomendasi kami, pemerintah hasil Pemilu 2014 bersifat minimal. Cukup didukung tiga partai," kata Adjie.
LSI merekomendasikan Golkar dan PDIP melakukan penjajakan sehingga koalisi terlaksana saat pilpres. "Hanya PDIP dan Golkar yang bisa mengajukan capres sendiri dari 12 partai peserta pemilu," ucapnya.
Sementara itu, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dinilai sebagai pesaing terkuat Jokowi pada Pilpres 2014. Risma adalah birokrat yang juga kerap melakukan blusukan dan memiliki program "brilian".
Political Communication Institute (PolcoMM) melakukan survei tentang pemimpin pesaing Jokowi. Survei itu melibatkan 1.200 responden dengan margin error 3.1 persen, dam dilakukan pada 2-25 Januari 2014.
Penelitian membuat dua kategorisasi, yakni tokoh parpol dan nonparpol. Tokoh parpol adalah sosok yang saat survei dilakukan aktif dalam kepengurusan parpol atau kader parpol yang aktif di parlemen/pemerintahan. Sedangkan tokoh pimpinan nonparpol adalah profesional yang saat survei dilakukan tidak aktif di parpol.
Posisi pertama tokoh parpol, menurut survei, adalah Tris Rismaharini (19,1 persen), disusul Priyo Budi Santoso, Hary Tanoesoedibyo (10,8 persen), Yusril Ihza Mahendra (9,7 persen), dan Puan Maharani (9,6 persen).
Sebagai figur pesaing Jokowi, Tri Rismaharini dinilai memiliki pengalaman, kinerja nyata, dan suka blusukan. "Dia dominan dikenal di kalangan ibu-ibu dan pemilih dewasa," ucap Adjie.
Di antara peserta konvensi capres Demokrat, Dahlan Iskan menjadi pesaing terkuat Jokowi. Dahlan disukai karena cuek dan disukai ibu-ibu.
Dahlan Iskan berada di posisi teratas tokoh pemimpin nonparpol dengan 18,7 persen, disusul Irman Gus-man (11,9 persen), Ali Masykur Musa (11,2 persen), Mahfud Md (10,3), dan Gita Wirjawan (8,7 persen). (Kartoyo/Feber/Antara/Tri Handay

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup 
--------------
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment