Wednesday, December 4, 2013

[media-jabar] UNDANGAN Diskusi "Afternoon Tea #22: Membaca Subkultur dalam Bingkai Fotografi"; Jumat, 6 Desember 2013, Pk. 15.00 WIB-selesai; di Pustaka Selasar-SSAS

 

UNDANGAN


Afternoon Tea #22: Membaca Subkultur dalam Bingkai Fotografi

 

Jumat, 6 Desember 2013 

Pk. 15.00 WIB – selesai

di Pustaka Selasar

Selasar Sunaryo Art Space

Jalan Bukit Pakar Timur No. 100

Bandung 40198

 

Pembicara:

Frans Ari Prasetyo

 

Moderator:

Deni Sugandi

 

 

Pustaka Selasar bekerja sama dengan Fotolisis menyelenggarakan kegiatan diskusi "Afternoon Tea #22: Membaca Subkultur dalam Bingkai Fotografi".

 

"Subkultur adalah gejala budaya dalam masyarakat industri maju yang umumnya terbentuk berdasarkan usia dan kelas. Secara simbolis diekspresikan dalam bentuk penciptaan gaya (style) dan bukan hanya merupakan penentangan terhadap hegemoni atau jalan keluar dari suatu ketegangan sosial". Fitrah Hamdani dalam Zaelani Tammaka (2007:164)

 

Budaya urban cenderung melahirkan alternatif ideologi dari kekuatan mainstream yang kemudian disebut subkultur. Gejala budaya ini umumnya terbentuk berdasarkan usia, kelas, agama, etnik, politik dan seksual yang secara sosiologis adalah sekelompok orang yang memiliki perilaku dan kepercayaan yang berbeda dengan kebudayaan induk mereka. Seperti halnya kehadiran komunitas punk di Indonesia, ia adalah hasil dari hegemoni-ketegangan budaya urban. Komunitas ini memiliki identitas sebagai penanda gaya hidup atau simbol-simbol tertentu seperti tata busana, genre musik, perilaku dan pengunaan asesoris dengan bentuk yang beragam yang akhirnya mudah dikenali. Bentuk simbol tersebut menjadi menarik bila dimaknai kembali melalui bingkai fotografi mengingat kemampuan alat rekam visual ini sebagai ungkapan representasi.

 

Dalam diskusi ini, Frans Ari Prasetyo akan memaparkan bagaimana mengupas subkultur komunitas punk di Bandung, melalui dokumentasi fotografi sebagai pintu masuk untuk memahaminya. Apakah temuannya mampu menjawab sejauh mana keberadaan komunitas subkultur mampu berdialog dengan lapisan-lapisan masyarakat lain untuk mengasosiasikan ulang posisi mereka? Atau hanya sekadar meraih tempat bagi dirinya sendiri?

 

Frans Ari Prasetyo

Frans Ari Prasetyo merupakan praktisi subkultur Bandung yang aktif melakukan riset tentang anak jalanan, komunitas punk dan underground sejak tahun 1999. Ia beberapa kali menjadi pendamping penelitian sosiologi untuk beberapa universitas luar negeri. Saat ini Frans aktif sebagai fotografer dokumenter dan tergabung dengan forum diskusi fotografi Majlis Cahya.


Tentang program Afternoon Tea:

Sejak diresmikan pada tahun 2008 Pustaka Selasar menjalankan fungsinya sebagai tempat penyimpanan arsip program SSAS. Dengan jumlah koleksi lebih dari 3000 buku dengan kategori seni rupa, desain, arsitektur, fotografi dan sastra, Pustaka Selasar menyelenggarakan diskusi ini untuk memperkenalkan koleksinya kepada publik. 


Tentang Fotolisis:

Fotolisis adalah sebuah organizer penyelenggara seminar, pameran dan workshop untuk fotografi yang berbasis di Bandung. Dalam perjalanannya, Fotolisis berkehendak menggagas fotografi sebagai pengetahuan yang dapat memperkaya budaya visual fotografi di Indonesia. 

(@fotolisisbdg, fotolisisbdg@gmail.com, www.fotolisis.net)

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment