Korban Banjir Kini Dibiarkan Sendirian
Banjir yang melanda Jakarta dan sekitarnya dianggap sudah selesai. Posko-posko pengungsian warga sudah ditiadakan. Sejumlah tenda yang didirikan di badan jalan dibongkar. Warga korban banjir pun diminta kembali ke rumah masing-masing.
Sabtu (8/2) pagi, warga Jatinegara, Jakarta Timur, yang sempat mengungsi hampir sebulan mulai meninggalkan pengungsian. Warga kembali ke rumah mereka yang penuh lumpur dan sampah.
Sebagai rutinitas yang kerap dilakukan setelah banjir melanda, warga mulai membersihkan lumpur dan sampah yang masuk ke rumah serta menutup akses jalan permukiman mereka.
Meski sangat menguras tenaga, hal itu harus dilakukan warga, mengingat jika tidak segera dibersihkan, lumpur dan sampah yang mengering akan lebih sulit dibuang. Warga berharap, setelah rumah bersih dari lumpur dan sampah, mereka dapat puas beristirahat di rumah mereka.
Sayang, harapan itu tidak sesuai kenyataan. Malam hari setelah rumah dibersihkan, Kali Ciliwung kembali meluap dan masuk permukiman warga. Ketinggian air yang mencapai 2 meter membuat warga lagi-lagi harus meninggalkan rumah.
Namun, kali ini karena tidak ada lagi tenda maupun pengungsian, mereka terpaksa mengungsi ke emperan toko di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur.
Sabtu (8/2) pagi, warga Jatinegara, Jakarta Timur, yang sempat mengungsi hampir sebulan mulai meninggalkan pengungsian. Warga kembali ke rumah mereka yang penuh lumpur dan sampah.
Sebagai rutinitas yang kerap dilakukan setelah banjir melanda, warga mulai membersihkan lumpur dan sampah yang masuk ke rumah serta menutup akses jalan permukiman mereka.
Meski sangat menguras tenaga, hal itu harus dilakukan warga, mengingat jika tidak segera dibersihkan, lumpur dan sampah yang mengering akan lebih sulit dibuang. Warga berharap, setelah rumah bersih dari lumpur dan sampah, mereka dapat puas beristirahat di rumah mereka.
Sayang, harapan itu tidak sesuai kenyataan. Malam hari setelah rumah dibersihkan, Kali Ciliwung kembali meluap dan masuk permukiman warga. Ketinggian air yang mencapai 2 meter membuat warga lagi-lagi harus meninggalkan rumah.
Namun, kali ini karena tidak ada lagi tenda maupun pengungsian, mereka terpaksa mengungsi ke emperan toko di Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur.
"Posko pengungsian sudah tidak, sedangkan air naik lagi. Jadi, mau ngungsi ke mana lagi? Mau tidak mau, tidur di emperan," ucap warga RT 04/ 03 Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur, Holida, kepada SH, Minggu (9/2).
Tidak sampai di situ, perempuan berusia 50 tahun ini mengaku, pada siang hari tidak ada tempat yang dapat mereka tinggali.
Tidak sampai di situ, perempuan berusia 50 tahun ini mengaku, pada siang hari tidak ada tempat yang dapat mereka tinggali.
Pasalnya, sejumlah toko yang sebelumnya tidak beroperasi telah kembali beroperasi. Alhasil, emperan dan teras toko terpaksa mereka tinggalkan. "Ya kalau siang tidak bisa di emperan. Tenda nggak ada, rumah masih banjir. Mau tidak mau, di lorong-lorong jalan yang nggak banjir. Meski bau, sempit, lembab, ya terpaksa harus ditahan," tutur Holida.
Tak Ada bantuan
Warga lain bernama Uming mengaku, ia kecewa lantaran sejak banjir surut pada Sabtu, tidak ada satu pun instansi pemerintahan yang membantu membersihkan lumpur dan sampah di permukiman mereka. Padahal, sebelumnya warga di sana dijanjikan dibantu membersihkan rumah-rumah mereka dari lumpur dan sampah.
Karena bantuan tidak kunjung datang, pria berusia 58 tahun ini mengatakan, warga berinisiatif membersihkan lumpur dan sampah sendiri. "Kalau memang berniat bantu, pasti sudah bantu. Kami juga tidak mungkin menunggu karena kalau lumpur sudah telanjur kering dan banjir benar-benar surut, pasti membersihkannya lebih sulit," ujar Uming.
Menurutnya, dengan menggunakan peralatan seadanya warga mulai membersihkan rumah dan jalanan permukiman. Hal itu bukanlah pekerjaan mudah, mengingat lumpur yang mengendap ketebalannya bisa mencapai 50 sentimeter.
Tak Ada bantuan
Warga lain bernama Uming mengaku, ia kecewa lantaran sejak banjir surut pada Sabtu, tidak ada satu pun instansi pemerintahan yang membantu membersihkan lumpur dan sampah di permukiman mereka. Padahal, sebelumnya warga di sana dijanjikan dibantu membersihkan rumah-rumah mereka dari lumpur dan sampah.
Karena bantuan tidak kunjung datang, pria berusia 58 tahun ini mengatakan, warga berinisiatif membersihkan lumpur dan sampah sendiri. "Kalau memang berniat bantu, pasti sudah bantu. Kami juga tidak mungkin menunggu karena kalau lumpur sudah telanjur kering dan banjir benar-benar surut, pasti membersihkannya lebih sulit," ujar Uming.
Menurutnya, dengan menggunakan peralatan seadanya warga mulai membersihkan rumah dan jalanan permukiman. Hal itu bukanlah pekerjaan mudah, mengingat lumpur yang mengendap ketebalannya bisa mencapai 50 sentimeter.
"Buat angkat kaki saja harus pakai tangan. Itu benar-benar melelahkan. Nah, ini air naik lagi, besok harus bersih-bersih lagi. Kalau bersih-bersih sendiri, pasti bikin habis tenaga," kata Uming.
Keluhan serupa diutarakan nenek berusia 62 tahun bernama Muhibah. Warga RT 06/03 ini mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk membersihkan rumahnya dari lumpur. Peralatan seadanya dan tenaga yang terbatas membuat sebagian lumpur masih mengendap di rumahnya.
Karena itu, meski sejak pagi hingga sore ia dan anaknya bersih-bersih, masih banyak lumpur yang mengendap di rumahnya. "Anak-anak saya yang lain tinggal di luar kota, cuma satu anak saya yang tinggal di sini. Jadi, hari ini saya bersih-bersih hanya berdua saja, capai rasanya," tutur Muhibah.
Nenek dari 14 cucuk ini mengatakan, kelelahannya bertambah besar lantaran hingga Minggu sore belum ada tanda-tanda banjir surut. Terlebih karena rumahnya tidak memiliki loteng dan masih ada sedikit air di rumahnya.
Keluhan serupa diutarakan nenek berusia 62 tahun bernama Muhibah. Warga RT 06/03 ini mengaku tidak dapat berbuat banyak untuk membersihkan rumahnya dari lumpur. Peralatan seadanya dan tenaga yang terbatas membuat sebagian lumpur masih mengendap di rumahnya.
Karena itu, meski sejak pagi hingga sore ia dan anaknya bersih-bersih, masih banyak lumpur yang mengendap di rumahnya. "Anak-anak saya yang lain tinggal di luar kota, cuma satu anak saya yang tinggal di sini. Jadi, hari ini saya bersih-bersih hanya berdua saja, capai rasanya," tutur Muhibah.
Nenek dari 14 cucuk ini mengatakan, kelelahannya bertambah besar lantaran hingga Minggu sore belum ada tanda-tanda banjir surut. Terlebih karena rumahnya tidak memiliki loteng dan masih ada sedikit air di rumahnya.
Malam hari, ia dan anaknya harus kembali tidur di emperan toko. "Semalam saya tidur di emperan. Mana bisa tidur pulas. Sekarang seharian susah payah bersih-bersih lumpur, tidak ada bantuan makanan juga. Ditambah, nanti malam tidur di emperan lagi. Ini benar-benar capai badan saya," ucap Muhibah.
Ia berharap, jika air tidak naik kembali, ada pihak yang mau membantu mereka membersihkan sampah dan lumpur yang berbau busuk itu.
Ia berharap, jika air tidak naik kembali, ada pihak yang mau membantu mereka membersihkan sampah dan lumpur yang berbau busuk itu.
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment