Monday, February 3, 2014

[media-jabar] Penjajah dan Yang Terjajah dalam Tayangan Televisi Indonesia

 

Penjajah dan Yang Terjajah dalam Tayangan Televisi Indonesia
Oleh Holy Rafika
Adalah Gaul Bareng Bule (GBB) di Trans TV, sebuah tayangan yang khas masyarakat pasca-kolonial. Memang tayangan ini sudah berhenti diputar setidaknya sejak awal Desember lalu, namun masih penting untuk dibicarakan karena dua alasan. Pertama, cara pandang yang dipakai dalam tayangan ini jamak dipakai oleh tayangan-tayangan lain ketika mendudukkan kebudayaan pribumi dan Barat. Kedua, tayangan ini adalah contoh yang paling gamblang dan banal untuk mengamati gejala pasca-kolonial di televisi.
Tak ada yang lebih penting dalam tayangan yang dipandu kakak beradik Zaskia dan Shireen Sungkar itu selain kehadiran si bule. Masalahnya, bagaimana si bule dapat menjadi sebuah komoditas jika tidak ada "nilai" yang diasumsikan ada padanya? Jelas, jawabnya adalah kekaguman terhadap bule, sebuah jejak dari masyarakat pasca-kolonial. 
Kekaguman itu bukanlah naluri alami sebuah bangsa satu berhadapan dengan semua bangsa lain. Jarang perasaan seperti itu diekspresikan orang Indonesia begitu berhadapan dengan orang dari benua Afrika, misalnya. Perasaan itu adalah sebuah kebudayaan khas masyarakat dengan pengalaman terjajah, di mana penjajah berarti western society. Ia lahir dari cara bagaimana hubungan "yang terjajah" dan "penjajah" dibangun. Tak semua interaksi kita dengan bangsa Barat sekarang adalah efek kolonialisme, namun sepanjang ada perasaan kekaguman kepada Barat—yang dalam bentuk lain berarti "perasaan ingin sama atau sejajar"—bisa jadi itu adalah efek kolonialisme.
Baca selanjutnya >>> remotivi.or.id
 
--
REMOTIVI
"Hidupkan Televisimu, Hidupkan Pikiranmu"
www.remotivi.or.idTwitter | Facebook


Remotivi adalah sebuah inisiatif warga untuk kerja pemantauan tayangan televisi di Indonesia. Cakupan kerjanya turut meliputi aktivitas pendidikan melek media dan advokasi yang bertujuan (1) mengembangkan tingkat kemelekmediaan masyarakat, (2) menumbuhkan, mengelola, dan merawat sikap kritis masyarakat terhadap televisi, dan (3) mendorong profesionalisme pekerja televisi untuk menghasilkan tayangan yang bermutu, sehat, dan mendidik.

__._,_.___
Reply via web post Reply to sender Reply to group Start a New Topic Messages in this topic (1)
Recent Activity:
.

__,_._,___

No comments:

Post a Comment