Sent: Saturday, November 23, 2013 3:44 PM
To: miliscab
Subject: [iscab] Kaskus: Cermin Kelas Menangah Indon (nesia)
Dalam dua hari ini saya ikutan diskusi di kaskus. Motivasinya bukan karena
senang dengan forumnya tetapi gregetan baca komentar-komentar yang ada
tentang demo buruh belakangan ini. Komentar-komentar miring tentang buruh
di forum ini memberikan inspirasi untuk membuat topik tentang kelas
menengah Indon (istilah ini memang sengaja dipakai untuk merujuk kualitas
kelas menengah di Indonesia) di forum hebat ini. *Namun demikian saya perlu
kasih catatan. Jika nasionalisme pembaca masih sedangkal istilah Indon
bukan mencakup ide kebhinekaan, kesejahteraan dan keadilan sosial,
lingkungan hidup dan sustainibilitas, atau bahkan kesadaran hukum, maka
sangat dianjurkan untuk tidak membaca artikel ini (Saya cukup jengah dan
letih menanggapi mereka yang berkutat pada istilah Indon tetapi tidak mau
berpikir dalam kerangka nasionalisme baru: kemanusiaan). *
Alasan mengapa kaskus dipakai sebagai acuan untuk melihat kelas menengah di
Indonesia adalah akses ke internet. Di negara yang GDP-nya cukup rendah,
akses internet tergolong mahal. Mereka yang bisa menjelajah internet
biasanya pekerja yang memilik akses di kantor atau sedikit uang lebih untuk
pulsa.
1. Kelas menengah Indonesia suka membuat fantasi untuk mengusap-usap
ego-nya sendiri. Diskusi perbedaan antara karyawan dan buruh bisa jadi
contoh menarik. Banyak disini yang percaya bahwa buruh dan karyawan itu
beda. Padahal dalam UU Naker, definisi yang ada cuma pekerja. Tapi tetap
saja orang menganggap bahwa buruh bekerja dengan otot sementara karyawan
bekerja dengan otak. Keduanya adalah sama: labour. Namun ada kategori
tersebut dibagi lagi menjadi skilled labour dan unskilled labour.
Ini logika ngawur. Jika perbedaan antara otot dan otak begitu penting
berarti menjadi seorang atlit tak ada gunanya. Toh jelas sudah bahwa atlit
mengandalkan ketangkasan fisik ketimbang otak. Namun bagaimana dengan atlit
catur? Sebagian besar permainan catur adalah berpikir tentang stratagi
ketimbang mengusap-usap biji catur supaya mengkilap.
Namun demikian, kelas menengah Indon lebih baik menciptakan fantasi tentang
perbedaan antara buruh dan karyawan barangkali agak kelihatan lebih keren.
2. Kelas menengah Indo suka pamer. Nah ini memang fenomena ajaib.
Barangkali hanya di Indonesia orang memiliki lebih dari satu handphone.
Seringkali saya tanya kepada teman kenapa ia tak mengangkat telpon ketika
dihubungi. Jawabnya singkat: "XL gua lagi mati. Lo gak telpon nomer Mentari
gue?". Di luar negeri, orang setingkat manager dengan gaji 120.000 US per
tahun memiliki HP satu. Kalaupun ada dua HP, biasanya itu fasilitas
perusahaan. Dan penggunaanya cukup ketat.
Kebiasaan lainnya adalah mobil. Di Indonesia mobil memiliki status sosial
sangat tinggi. Bahkan status itu lebih penting ketimbang manfaat mobil itu
sendiri. Tampaknya sudah menjadi kecenderungan kalau orang punya uang
lebih, langsung mengajukan angsuran mobil. Bagi orang tua yang punya uang,
sudah menjadi wajar untuk memberikan mobil bagi anak-anaknya. Di luar
negeri, jarang sekali orang pakai mobil jika tak perlu. Memang system
transportasi jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Namun yang
kurang disadari bahwa meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang tak
sebanding dengan jumlah peningkatan fasilitas jalan adalah salah satu
sumber kemacetan. Kelas menengah yang hebat dan agung ini lalu mengeluh
ketika terjebak macet.
3. Salah satu kebanggaan kelas menengah Indon adalah pendidikan. Mereka
bayar mahal untuk bisa masuk universitas. Namun sayangnya daya pikir mereka
bukan layaknya mahasiswa yang bisa berpikir kritis. Mereka tidak terbiasa
untuk berpikir diluar perspektif baku. Ini mungkin juga karena waktu sistem
mendikte waktu SD ditambah lagi dengan berbagai macam indoktrinasi diluar
pendidikan.
Bahkan mereka yang beruntung untuk bisa sekolah di luar negeri pun gak bisa
berpikir kritis. Saya pernah mendengar percakapan seorang mahasiswa s2
lewat telepon yang bertanya kepada temannya bagaimana cara membuat tulisan
ilmiah untuk konferensi di New Zealand. Jika tingkat s2 saja belum tahu
bagaimana cara membuat tulisan ilmiah, yang jelas-jelas sudah menjadi
bagian dari dunia akademika, lantas seperti apa pelatihan akademis di
tingkat s1? Kita semua tahu bahwa Vicky Prasetyo sekolah di luar negeri
tapi kualitasnya seperti apa. Jarang intelektual muda seperti Ariel
Heryanto atau Daniel Dakhidae.
Sebagai perbandingan, India bukan negara kaya tetapi orang India yang
sekolah di luar negeri memanfaatkan kesempatan emas itu untuk mendulang
ilmu. Contohnya ada banyak Gayatri Spivak, Dipesh Cakrabarti dan Chandar
Tapalty Mohanty adalah orang-orang yang disegani dalam ilmu sosial. Gagagan
mereka sering dipinjam oleh akademis-akademisi dari berbagai negara.
Menurut cerita seorang, dosen sejarah terkenal UGM pernah bertutur bahwa
dulu pada jaman pergerakan, orang-orang priyayi dan Tionghoa Indonesia
menikmati sistem pendidikan ala Belanda. Tetapi sekalipun sekolah di alam
penjajahan, mereka mencoba memerdekakan diri mereka. Sekarang banyak orang
sekolah di jaman merdeka, tetapi pikirannya masih terjajah dan mentalnya
seperti mental orang terjajah.
4. Kelas menengah Indon gampang panik. Ini sangat terlihat dalam persoalan
nasionalisme. Dulu orang tak begitu peduli dengan batik. Lantas ketika
Malaysia mengklaim batik sebagai budaya mereka, kelas menengah
jingkrak-jingkrak tak karuan. Padahal batik cuma sekelumit persoalan dari
hancurnya nasionalisme Indonesia. Sangat kontradiktif jika mereka
teriak-teriak tentang pencurian batik tetapi kelas menengah mengimpikan
tas-tas impor. Barangkali nanti kalau pengusaha asal Swiss mengambil alih
produksi lokal, mereka akan kebakaran jenggot lagi.
Sementara itu persoalan ketahanan pangan tak digubris layaknya batik. Dulu
Karawang itu lumbung padi sekarang jadi apaan kita gak tahu. Pulau Buru
dulu bisa swasembada beras--berkat kerja para tapol politik yang membuka
lahan di Buru. Pak Harto ikut bangga dengan panen raya di Buru walaupun dia
memenjarakan orang-orang tersebut. Tempe makanan asli Indonesia menggunakan
kedelai impor. Apakah ini lebih miris ketimbang batik? Di luar negeri sudah
ada beberapa orang yang membuat tempe sendiri. Tinggal itungan waktu saja,
tempe bukan lagi milik kita. Tapi mungkin kelas menengah Indon lebih baik
makan Rib Eye Steak 350 gram ketimbang tempe. Soalnya tempe gak kelihatan
keren kalo di lihat di Instragram ketimbang rib eye steak!
5. Kelas menengah Indon rasis. Di Indonesia orang berkulit putih itu
menjadi modal. Karena warna kulit putih selain melambangkan kecantikan juga
kesejahteraan. Orang yang berkulit putih sering dianggap golongan atas
lantaran mereka jarang bekerja dibawah terik matahari. Gagasan rasis ini
pernah dipakai oleh penjajah di masa perbudakan. Pemerintah kolonial
Inggris di Aus, misalnya, merekrut orang-orang berkulit lebih gelap dari
pulau-pulau di Pasific seperti Fiji dan Vanuatu. Karena mereka percaya
bahwa orang-orang berkulit gelap tersebut lebih cocok untuk bekerja di
perkebunan gula. Sama halnya dengan perekrutan budak-budak dari Jamaica dan
sebagainya.
Kita bisa tanya ke kebanyakan kelas menengah di Indon, mana yang lebih
cantik apakah Britney Spears atau Naomi Campbell? Kebanyakan orang pasti
memilih Britney Spears.
Pikiran rasis ini sendiri bisa dilihat dalam maraknya artis-artis campuran
yang berserakan di Indonesia. Cukup mudah menjadi artis di Indonesia, asal
putih dan blasteran maka anda bisa main film. Di luar negeri banyak orang
cantik tetapi kalau tak bisa acting tak mungkin menjadi artis sekalipun
mereka harus tidur dengan sutradara. Karena Cinta Laura syndrome ini banyak
kelas menengah Indon menjadi bule hunter. Mereka mau 'memperbaiki
keturunan', memiliki hidung mancung dan kulit putih.
Ini semua menggambarkan bahwa sebagian bangsa Indon minder dengan keadaan
tubuhnya sendiri. Mereka tak mau memiliki hidung pesek dan kulit hitam. Di
negara lain, pikiran rasis ini pernah tumbuh di abad 18-an dalam bentuk
rasisme sains dan sekarang sudah ditinggalkan. Namun di Indonesia justru
dikembangkan.
Catatan: Beberapa poin-poin diatas akan dijabarkan dalam posting saya di
thread ini. Begitu juga hal-hal yang belum tercakup diatas!
Istilah Indon!
<http://www.kaskus.co.id/show_post/52821b243f42b2ad72000009/449/istilah-indon>
Kelas Menangah dan Sikap
Permisif<http://www.kaskus.co.id/show_post/527db5c2bfcb179e2d000000/256/kelas-menengah-dan-sikap-permisif>
Kelas Menengah dan Kambing
Hitam<http://www.kaskus.co.id/show_post/527caac5a3cb17690a000002/131/kelas-menangah-dan-kambing-hitam>
Kelas Menangah dan Kulit
Putih<http://www.kaskus.co.id/show_post/527c9f48128b464063000006/118/mental-penjajah-dan-makna-kulit-putih>
Kelas Menengah dan Amnesia
Sejarah<http://www.kaskus.co.id/show_post/527ecb51fdca174238000006/304/kelas-menengah-dan-amnesia-sejarah>
Kelas Menengah dan
Diet<http://www.kaskus.co.id/show_post/5281668718cb17965e000007/390/->
Kelas Menengah dan
Media<http://www.kaskus.co.id/show_post/528ac5d63dcb17fe21000001/600/kelas-menengah-dan-media>
*Jika ada anggota kaskus yang ingin belajar menulis, saya siap membantu.
Buatlah thread baru tentang teknik penulisan. Masing-masing poster
mengajukan contoh tulisan (2 paragraf) dan mereka yang tertarik bisa
memberikan saran.
*Best Regards*
*Tsulusun Ar Royan*
senang dengan forumnya tetapi gregetan baca komentar-komentar yang ada
tentang demo buruh belakangan ini. Komentar-komentar miring tentang buruh
di forum ini memberikan inspirasi untuk membuat topik tentang kelas
menengah Indon (istilah ini memang sengaja dipakai untuk merujuk kualitas
kelas menengah di Indonesia) di forum hebat ini. *Namun demikian saya perlu
kasih catatan. Jika nasionalisme pembaca masih sedangkal istilah Indon
bukan mencakup ide kebhinekaan, kesejahteraan dan keadilan sosial,
lingkungan hidup dan sustainibilitas, atau bahkan kesadaran hukum, maka
sangat dianjurkan untuk tidak membaca artikel ini (Saya cukup jengah dan
letih menanggapi mereka yang berkutat pada istilah Indon tetapi tidak mau
berpikir dalam kerangka nasionalisme baru: kemanusiaan). *
Alasan mengapa kaskus dipakai sebagai acuan untuk melihat kelas menengah di
Indonesia adalah akses ke internet. Di negara yang GDP-nya cukup rendah,
akses internet tergolong mahal. Mereka yang bisa menjelajah internet
biasanya pekerja yang memilik akses di kantor atau sedikit uang lebih untuk
pulsa.
1. Kelas menengah Indonesia suka membuat fantasi untuk mengusap-usap
ego-nya sendiri. Diskusi perbedaan antara karyawan dan buruh bisa jadi
contoh menarik. Banyak disini yang percaya bahwa buruh dan karyawan itu
beda. Padahal dalam UU Naker, definisi yang ada cuma pekerja. Tapi tetap
saja orang menganggap bahwa buruh bekerja dengan otot sementara karyawan
bekerja dengan otak. Keduanya adalah sama: labour. Namun ada kategori
tersebut dibagi lagi menjadi skilled labour dan unskilled labour.
Ini logika ngawur. Jika perbedaan antara otot dan otak begitu penting
berarti menjadi seorang atlit tak ada gunanya. Toh jelas sudah bahwa atlit
mengandalkan ketangkasan fisik ketimbang otak. Namun bagaimana dengan atlit
catur? Sebagian besar permainan catur adalah berpikir tentang stratagi
ketimbang mengusap-usap biji catur supaya mengkilap.
Namun demikian, kelas menengah Indon lebih baik menciptakan fantasi tentang
perbedaan antara buruh dan karyawan barangkali agak kelihatan lebih keren.
2. Kelas menengah Indo suka pamer. Nah ini memang fenomena ajaib.
Barangkali hanya di Indonesia orang memiliki lebih dari satu handphone.
Seringkali saya tanya kepada teman kenapa ia tak mengangkat telpon ketika
dihubungi. Jawabnya singkat: "XL gua lagi mati. Lo gak telpon nomer Mentari
gue?". Di luar negeri, orang setingkat manager dengan gaji 120.000 US per
tahun memiliki HP satu. Kalaupun ada dua HP, biasanya itu fasilitas
perusahaan. Dan penggunaanya cukup ketat.
Kebiasaan lainnya adalah mobil. Di Indonesia mobil memiliki status sosial
sangat tinggi. Bahkan status itu lebih penting ketimbang manfaat mobil itu
sendiri. Tampaknya sudah menjadi kecenderungan kalau orang punya uang
lebih, langsung mengajukan angsuran mobil. Bagi orang tua yang punya uang,
sudah menjadi wajar untuk memberikan mobil bagi anak-anaknya. Di luar
negeri, jarang sekali orang pakai mobil jika tak perlu. Memang system
transportasi jauh lebih baik dibandingkan dengan Indonesia. Namun yang
kurang disadari bahwa meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang tak
sebanding dengan jumlah peningkatan fasilitas jalan adalah salah satu
sumber kemacetan. Kelas menengah yang hebat dan agung ini lalu mengeluh
ketika terjebak macet.
3. Salah satu kebanggaan kelas menengah Indon adalah pendidikan. Mereka
bayar mahal untuk bisa masuk universitas. Namun sayangnya daya pikir mereka
bukan layaknya mahasiswa yang bisa berpikir kritis. Mereka tidak terbiasa
untuk berpikir diluar perspektif baku. Ini mungkin juga karena waktu sistem
mendikte waktu SD ditambah lagi dengan berbagai macam indoktrinasi diluar
pendidikan.
Bahkan mereka yang beruntung untuk bisa sekolah di luar negeri pun gak bisa
berpikir kritis. Saya pernah mendengar percakapan seorang mahasiswa s2
lewat telepon yang bertanya kepada temannya bagaimana cara membuat tulisan
ilmiah untuk konferensi di New Zealand. Jika tingkat s2 saja belum tahu
bagaimana cara membuat tulisan ilmiah, yang jelas-jelas sudah menjadi
bagian dari dunia akademika, lantas seperti apa pelatihan akademis di
tingkat s1? Kita semua tahu bahwa Vicky Prasetyo sekolah di luar negeri
tapi kualitasnya seperti apa. Jarang intelektual muda seperti Ariel
Heryanto atau Daniel Dakhidae.
Sebagai perbandingan, India bukan negara kaya tetapi orang India yang
sekolah di luar negeri memanfaatkan kesempatan emas itu untuk mendulang
ilmu. Contohnya ada banyak Gayatri Spivak, Dipesh Cakrabarti dan Chandar
Tapalty Mohanty adalah orang-orang yang disegani dalam ilmu sosial. Gagagan
mereka sering dipinjam oleh akademis-akademisi dari berbagai negara.
Menurut cerita seorang, dosen sejarah terkenal UGM pernah bertutur bahwa
dulu pada jaman pergerakan, orang-orang priyayi dan Tionghoa Indonesia
menikmati sistem pendidikan ala Belanda. Tetapi sekalipun sekolah di alam
penjajahan, mereka mencoba memerdekakan diri mereka. Sekarang banyak orang
sekolah di jaman merdeka, tetapi pikirannya masih terjajah dan mentalnya
seperti mental orang terjajah.
4. Kelas menengah Indon gampang panik. Ini sangat terlihat dalam persoalan
nasionalisme. Dulu orang tak begitu peduli dengan batik. Lantas ketika
Malaysia mengklaim batik sebagai budaya mereka, kelas menengah
jingkrak-jingkrak tak karuan. Padahal batik cuma sekelumit persoalan dari
hancurnya nasionalisme Indonesia. Sangat kontradiktif jika mereka
teriak-teriak tentang pencurian batik tetapi kelas menengah mengimpikan
tas-tas impor. Barangkali nanti kalau pengusaha asal Swiss mengambil alih
produksi lokal, mereka akan kebakaran jenggot lagi.
Sementara itu persoalan ketahanan pangan tak digubris layaknya batik. Dulu
Karawang itu lumbung padi sekarang jadi apaan kita gak tahu. Pulau Buru
dulu bisa swasembada beras--berkat kerja para tapol politik yang membuka
lahan di Buru. Pak Harto ikut bangga dengan panen raya di Buru walaupun dia
memenjarakan orang-orang tersebut. Tempe makanan asli Indonesia menggunakan
kedelai impor. Apakah ini lebih miris ketimbang batik? Di luar negeri sudah
ada beberapa orang yang membuat tempe sendiri. Tinggal itungan waktu saja,
tempe bukan lagi milik kita. Tapi mungkin kelas menengah Indon lebih baik
makan Rib Eye Steak 350 gram ketimbang tempe. Soalnya tempe gak kelihatan
keren kalo di lihat di Instragram ketimbang rib eye steak!
5. Kelas menengah Indon rasis. Di Indonesia orang berkulit putih itu
menjadi modal. Karena warna kulit putih selain melambangkan kecantikan juga
kesejahteraan. Orang yang berkulit putih sering dianggap golongan atas
lantaran mereka jarang bekerja dibawah terik matahari. Gagasan rasis ini
pernah dipakai oleh penjajah di masa perbudakan. Pemerintah kolonial
Inggris di Aus, misalnya, merekrut orang-orang berkulit lebih gelap dari
pulau-pulau di Pasific seperti Fiji dan Vanuatu. Karena mereka percaya
bahwa orang-orang berkulit gelap tersebut lebih cocok untuk bekerja di
perkebunan gula. Sama halnya dengan perekrutan budak-budak dari Jamaica dan
sebagainya.
Kita bisa tanya ke kebanyakan kelas menengah di Indon, mana yang lebih
cantik apakah Britney Spears atau Naomi Campbell? Kebanyakan orang pasti
memilih Britney Spears.
Pikiran rasis ini sendiri bisa dilihat dalam maraknya artis-artis campuran
yang berserakan di Indonesia. Cukup mudah menjadi artis di Indonesia, asal
putih dan blasteran maka anda bisa main film. Di luar negeri banyak orang
cantik tetapi kalau tak bisa acting tak mungkin menjadi artis sekalipun
mereka harus tidur dengan sutradara. Karena Cinta Laura syndrome ini banyak
kelas menengah Indon menjadi bule hunter. Mereka mau 'memperbaiki
keturunan', memiliki hidung mancung dan kulit putih.
Ini semua menggambarkan bahwa sebagian bangsa Indon minder dengan keadaan
tubuhnya sendiri. Mereka tak mau memiliki hidung pesek dan kulit hitam. Di
negara lain, pikiran rasis ini pernah tumbuh di abad 18-an dalam bentuk
rasisme sains dan sekarang sudah ditinggalkan. Namun di Indonesia justru
dikembangkan.
Catatan: Beberapa poin-poin diatas akan dijabarkan dalam posting saya di
thread ini. Begitu juga hal-hal yang belum tercakup diatas!
Istilah Indon!
<http://www.kaskus.co.id/show_post/52821b243f42b2ad72000009/449/istilah-indon>
Kelas Menangah dan Sikap
Permisif<http://www.kaskus.co.id/show_post/527db5c2bfcb179e2d000000/256/kelas-menengah-dan-sikap-permisif>
Kelas Menengah dan Kambing
Hitam<http://www.kaskus.co.id/show_post/527caac5a3cb17690a000002/131/kelas-menangah-dan-kambing-hitam>
Kelas Menangah dan Kulit
Putih<http://www.kaskus.co.id/show_post/527c9f48128b464063000006/118/mental-penjajah-dan-makna-kulit-putih>
Kelas Menengah dan Amnesia
Sejarah<http://www.kaskus.co.id/show_post/527ecb51fdca174238000006/304/kelas-menengah-dan-amnesia-sejarah>
Kelas Menengah dan
Diet<http://www.kaskus.co.id/show_post/5281668718cb17965e000007/390/->
Kelas Menengah dan
Media<http://www.kaskus.co.id/show_post/528ac5d63dcb17fe21000001/600/kelas-menengah-dan-media>
*Jika ada anggota kaskus yang ingin belajar menulis, saya siap membantu.
Buatlah thread baru tentang teknik penulisan. Masing-masing poster
mengajukan contoh tulisan (2 paragraf) dan mereka yang tertarik bisa
memberikan saran.
*Best Regards*
*Tsulusun Ar Royan*
__._,_.___
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
http://groups.yahoo.com/group/batavia-news
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
.
__,_._,___
No comments:
Post a Comment