Jumhur Hidayat:
Pertumbuhan Ekonomi Dengan Keruk SDA Tak Perlu Diapresiasi
[JAKARTA] Pertumbuhan ekonomi sebuah negara dengan mengeruk sumber daya alam serta mengekspornya secara mentah ke luar negeri, merupakan pertumbuhan ekonomi yang tidak bisa dibanggakan.
Sebab, lama-lama kekayaan itu bisa habis dan tiba pada suatu saat ekonomi bangsa hancur dan semakin banyak rakyat hidup miskin dan pengangguran bertebaran di mana-mana.
Hal itu disampaikan Kepala Badan National Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI), Mohammad Jumhur Hidayat, dalam memberikan Kuliah Perdana (Kuliah Umum) bagi 500 orang mahasiwa baru di Universitas Bung Karno, Jakarta Senin (13/1) malam.
Kegiatan yang berlangsung di Aula Ir Soekarno ini dihadiri Rektor UBK, Drs Soenarto Sardiatmodjo,MBA, MM, Dr. (Cd), para dekan, dosen dan civitas akademis lainnya.
Dalam kuliah umum dengan tema "Semangat Enterpreneurship dalam Membangun Kekuatan Ekonomi Bangsa", itu Jumhur menekankan, pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang disumbang oleh pengerukan kekayaan alam secara masif apalagi hal itu dilakukan oleh kekuatan asing bukanlah sesuatu yang menggembirakan.
Demikian juga pertumbuhan ekonomi yang tinggi tetapi hanya didukung oleh segelintir masyarakat saja bisa menyesatkan bangsa.
Yang diinginkan, kata Jumhur, adalah pertumbuhan ekonomi yang disumbangkan oleh sebanyak mungkin orang Indonesia, namun bukan hanya sumbang sebagai konsumen tetapi sumbang sebagai produsen.
"Dalam perspektif makro ekonomi, yang harus kita raih adalah dinamika ekonomi domestik yang berkelanjutan yaitu sebagian besar barang yang dikonsumsi adalah yang berasal dari hasil produksi bangsa sendiri," kata dia.
Menurut Jumhur, dalam ajaran Trisakti Bung Karno, inilah yang disebut dengan mandiri secara ekonomi. Yang dimaksud ajaran Trisakti Bung Karno yakni Berdaulat Secara Politik, Mandiri secara Ekonomi dan serta Berkepribadian secara Budaya.
Menurut Jumhur, secara politik Indonesia bisa dikatakan berdaulat kalau dipandang secara administrasi wilayah seperti dari Sabang sampai Merauke.
Namun, secara ekonomi masih dikuasai asing, serta secara budaya masyarakat Indonesia lebih suka meniru budaya asing, terutama dalam hal kesenian serta berpakaian serta menggunakan produk.
Menurut Jumhur, enterpreneurship ini perlu terus ditumbuhkan di kalangan kaum muda dan mahasiswa untuk turut serta membangun kemajuan ekonomi Indonesia.
Kemajuan ekonomi ini tidak hanya ditentukan oleh individu saja melainkan juga perlu intervensi negara untuk menciptakan kebijakan ekonomi yang kondusif dalam mendorong orang-perorang, kelompok dan seluruh komponen bangsa ini berperan serta dalam arah kemajuan.
"Kebijakan ekonomi harus bertemu dengan hasrat masyarakat yang ingin maju," kata pria yang pernah dipenjara karena menentang kebijakan pemerintahan Soeharto ini.
Jumhur menilai, jika negara mampu memfasilitasi kebijakan yang mendorong perluasan partisipasi publik dalam berusaha maka akan banyak lapangan kerja tercipta di dalam negeri.
Dan itu berarti negara tidak perlu menempatkan kaum perempuannya untuk bekerja sebagai Penata Laksana Rumah Tangga (PLRT) di luar negeri. Tempat untuk kaum perempuan adalah bersama anaknya di rumah dan membesarkan mereka dengan kasih sayang.
Menurutnya, makin banyak output nasional yang diberikan oleh pengusaha maka makin cepat kemajuan sebuah bangsa.
Dia mengatakan keberadaan 6 juta TKI yang saat ini sedang bekerja di luar negeri telah memberikan sumbangan dalam menyelamatkan ekonomi Indonesia dari krisis ekonomi global.
Jumhur mengungkapkan, saat ini dunia sudah banyak mengenal bahwa TKI kita tidak hanya bekerja sebagai PLRT tetapi banyak yang sudah menjadi engineer dan kaum profesional di mancanegara.
Dari Amerika Utara sampai Brasil sudah banyak ahli-ahli pesawat lulusan Indonesia yang bekerja di industri penerbangan dengan gaji yang sangat tinggi. Demikian juga yang bekerja di sektor oil and gas, hosipitality, perawat, dan sektor-sektor lainnya.
"Yang menjadi pertanyaannya kenapa mereka harus bekerja di negara orang ? Jawabannya karena di dalam Negeri tak ada lapangan kerja," kata dia.
Jumhur mengakui, TKI dengan kesendiriannya di negeri orang berani mengadu nasib. Hal ini hanya dimungkinkan karena adanya hasrat yang tinggi untuk memajukan keluarganya.
Kepada civitas Universitas Bung Karno, Jumhur menggugah agar para akademisinya memberikan perhatian yang besar untuk turut serta mendorong pemerintah menciptakan kebijakan ekonomi yang kondusif bagi partipasi masyarakat luas agar lama-lama orang Indonesia tak perlu harus mengadu nasib di Negeri orang.
Jumhur menjelaskan, BNP2TKI sejak tiga tahun lebih telah mengembangkan enterpreneurship di kalangan TKI Purna di 18 provinsi di seluruh Indonesia.
Kegiatan itu berupa pelatihan kewirausahaan, edukasi perbankan, pelatihan pengelolaa remitansi dan pemanfaatan uang tabungan keluarga TKI untuk membuka usaha-usaha produktif.
Dari kegiatan itu, sudah ribuan TKI Purna yang membuka usaha dan membantu pemerintah dalam perlusasan kesempatan kerja di masyarakat.
"BNP2TKI juga bekerja sama dengan lembaga dunia seperti World Bank, Aus-Aid, International Organization for Migration (IOM) dan lainnya dalam melatih kewirausahaan di kalangan TKI Purna," kata alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB) ini. [E-8]
Reply via web post | Reply to sender | Reply to group | Start a New Topic | Messages in this topic (1) |
to Subscribe via email :
batavia-news-subscribe@yahoogroups.com
----------------------------------------
VISIT Batavia News Blog
http://batavia-news-networks.blogspot.com/
----------------------------
You could be Earning Instant Cash Deposits
in the Next 30 Minutes
No harm to try - Please Click
http://tinyurl.com/bimagroup
--------------
No comments:
Post a Comment